Saturday, June 29, 2013

Terima Kasih Tikus-Tikus Penelitian

Tikus Wistar
2 bulan telah berlalu sejak punahnya tikus-tikus penelitian yang saya gunakan. ada yang mati karena sakit, dibedah maupun karena memang ya...harus mati. peneliian yang saya lakukan dalam rangka tugas akhir memang mengharuskan saya menggunakan tikus putih (Rattus norvegicus) untuk uji farmakologi. tikus-tikus penelitian ini juga bukan asal nangkap di sawah atau ketemu di got loh ya, harus berasal dari sumber terpercaya agar kesehatan dan galurnya terjamin. kebetulan mereka berasal dari galur wistar, galur tikus yang umum digunakan untuk penelitian.

Tikus wistar merupakan tikus albino yang dikembangkan pertama kali oleh Wistar Institute pada tahun 1906, sebuah institusi penelitian independen yang berada di Philadelphia Amerika Serikat. pada awalnya, tikus-tikus penelitian hanya berasal dari tikus-tikus liar yang berada di perkotaan. seiring dengan pengembangbiakkan tikus oleh para ilmuwan, didapatkanlah strain tikus albino yang cocok digunnakan untuk penelitian laboratorium. penggunaan tikus pertama kali dalam penelitian sendiri tercatat pada tahun 1828 dalam percobaan puasa. ini berarti 78 tahun sebelum tikus galur wistar ditemukan.

Terdapat beberapa alasan mengapa tikus cocok digunakan dalam sebuah penelitian, saya juga khawatir pertanyaan ini akan diajukan dosen penguji saat ujian skripsi nanti.

1. pertama adalah karena ukuran tikus yang kecil, mudah disimpan dan dipelihara serta cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitar. ya iyalah, coba bayangin aja kalau singa yang jadi bahan percobaan, kan repot.

2. kedua, karena tikus dapat berkembangbiak dengan cepat dan berumur pendek, sehingga pengamatan dapat dilakukan dalam waktu yang relatif singkat.

3. ketiga, tikus relatif murah, dan dapat dibeli dalam jumlah besar. harga seekor tikus berkisar antara Rp 18.000,- hingga Rp 20.000,-. untuk ketersediaannya sendiri cukup terjamin. untuk wilayah Yogyakarta sendiri  tikus tersedia di berbagai macam institusi seperti laboratorium universitas dan peternak tikus.

4. keempat, tikus relatif mudah ditangani. dibandingkan tikus got yang liar, tikus wistar memang lebih penurut walaupun terkadang ada yang durhaka dengan menggigit pemiliknya.

5. kelima, sebagian besar tikus sama secara genetis kecuali jenis kelamin, sehingga mudah untuk menyeragamkan hasil percobaan medis. oleh karena itu tikus penelitian harus berasal dari galur yang sama. kalau wistar ya wistar semua, jantan ya jantan semua, kalau digabung bisa-bisa mereka cinlok dikandang.

6. terakhir, secara genetis tikus mirip dengan manusia, sehingga karakteristik biologi dan dan perilakunya mirip. sifat ini cocok untuk menjawab berbagai macam pertanyaan peneliti seputar penyakit pada manusia. 

Bagi anda yang ingin melakukan penelitian menggunakan tikus tidak sembarangan, perlu ada persetujuan dari komite etik. komite ini bertugas untuk meninjau penelitian yang akan anda lakukan dan menentukan apakah penelitian anda memenuhi kelayakan etik atau tidak. untuk urusan ini saya mengurus ke komisi etik LPPT UGM, selanjutnya apabila disetujui maka komisi etik akan mengeluarkan Ethical Clearance sebagai tanda penelitian anda telah memenuhi kode etik penggunaan hewan uji. hal ini penting karena hewan uji juga memiliki hak untuk diperlakukan dengan beretika, bukan berarti karena mereka hewan lalu peneliti dapat memperlakukan mereka sesuka hati. tetap perlakukan mereka sebagai peliharaan yang anda cintai, karena tanpa jasa mereka, penelitian anda tidak akan berjalan dengan baik.

Setelah EC dikeluarkan, penelitian dapat berjalan dan inilah fase yang paling memilukan dalam sejarah hidup tikus-tikus penelitian ini. bayangkan saja, untuk penelitian diabetes yang saya lakukan, mereka diinduksi dengan streptozotocin (STZ) dosis 50 mg/kg BB secara intra peritonial. sekali STZ masuk, maka sel beta pankreas tikus akan rusak dan dalam 48 jam, tikus-tikus pun menderita diabetes. kondisi tikus yang menderita diabetes akan terlihat sangat memprihatinkan, dengan kondisi lemah dan badan kurus. disini perhatian dari peneliti sangat dibutuhkan untuk menjaga tikus-tikusnya tetap hidup, karena biasanya dalam antara 48 hingga 72 jam setelah induksi STZ tikus banyak yang mati karena meningkatnya kadar glukosa darah secara drastis. bahkan dalam beberapa kasus, tikus harus diberi injeksi insulin untuk menurunkan KGD.

Kondisi kandang tikus
Perawatan
Perawatan tikus cukup mudah, yang penting anda rajin mengganti sekam, memberi minum dan makan. tidak perlu dimandikan ataupun perawatan di salon khusus hewan kok, tikus tidak manja hanya saja lebih rentan dibandingkan sepupunya tikus got. apabila sekam sudah terlihat basah dan banyak kotorannya segera diganti  dengan sekam yang baru dengan ketebalan kira-kira 1/4 dari tinggi kandang. jangan pelit dengan sekam, makin tipis lapisan sekam maka kandang akan cepat kotor dan tikus anda akan terlihat seperti kerbau yang sedang berkubang di lumpur. saya serius, ini adalah pengalaman teman saya sesama peneliti yang malas mengganti sekam, sehingga ekor tikus-tikusnya menghitam karena kandang yang jorok.

Kondisi Sakit
Berdasarkan pengalaman saya 2 bulan bersama tikus-tikus ini, ada ciri khas yang dapat peneliti lihat untuk mengetahui apakah tikus sedang sakit. biasanya ketika tikus berjalan, kedua kaki belakangnya akan otomatis mengikuti pergerakan kaki depan. namun dalam kondisi sakit, kaki belakang tikus akan tertinggal ketika berjalan, sehingga akan terlihat terseok-seok. selain itu biasanya tikus yang sakit akan menyendiri di pojokan kandang dan frekuensi nafasnya juga akan menjadi lebih cepat. kalau sudah begini, beri perlakuan ekstra kepada tikus tersebut atau anda akan menemukan bangkai tikus dikandang 2-3 hari kemudian.

Melakukan anestesi
Selain kondisi sakit, saya juga memiliki tips bagaimana meng-anestesi tikus dengan tepat, biasanya untuk pengambilan darah melalui mata. titik kritisnya adalah penganestesian harus cukup agar tikus tidak berontak ketika darahnya diambil, tetapi juga tidak boleh terlalu lama sehingga akan menyebabkan kematian tikus. intinya ketika tikus dimasukkan kedalam Ether Chamber, lihat mata tikus, apabila sudah sayu dan nafasnya melambat, lalu miringkan sedikit chamber. apabila kaki depan tikus tidak begerak menahan jatuhnya badan, maka segera keluarkan tikus. namun apabila kaki depan tikus masih bergerak, tikus kemungkinan akan cepat sadar dan melawan ketika akan diambil darahnya.